PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU TANAMAN TEH (Camellia sinensis L.)
A.
PENGERTIAN & KONSEP PHT
Pengelolaan
hama terpadu merupakan suatu cara pendekatan berdasarkan pertimbangan ekologi,
ekonomi dan sosial dalam rangka pengelolaan agro ekosistem secara keseluruhan
dan berkesinambungan untuk mengatasi hama dan penyakit pada tanaman.
Sedangkan
konsep PHT merupakan suatu konsep atau cara pendekatan pengendalian hama
yang secara prinsip berbeda dengan konsep pengendalian hama konvensional yang
selama ini sangat tergantung pada pestisida. Konsep ini timbul dan berkembang
di seluruh dunia kerena kesadaran manusia terhadap bahaya penggunaan pestisida
yang terus meningkat bagi lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat. Konsep
PHT sangat selaras dengan pertanian berkelanjutan, yaitu pertanian yang
memenuhi kebutuhan kini tanpa berdampak negative atas sumber daya fisik yang
ada, sehingga tidak membahayakan kapasitas dan potensi pertanian masa depan
untuk memuaskan aspirasi kebendaan dan lingkungan generasi mendatang.
B.
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
·
Teknik Agronomi
Misalnya dengan pengolahan tanah, irigasi, pemberoan
(istrirahatkan lahan), pergiliran jenis tanaman, tanam serentak, pengaturan
jarak tanam, pemupukan yang berimbang (makro dan mikro)
·
Teknik Varietas
Tahan
Misalnya dengan ketahanan genetik dan ketahanan
ekologi (lingkungan)
·
Teknik Fisik dan
Mekanik
Misalnya dengan penggunaan lampu perangkap,
penggunaan metilat lem, gelombang suara, boneka sawah, pengambilan secara
manual, serta pemasangan perangkap untuk pengusiran hama.
·
Teknik
Pengendalian Hayati
Adalah pengendalian dengan penggunaan musuh alami
menggunakan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan baik yang berasal dari
tanaman maupun dari makhluk hidup.
·
Teknik
Pengendalian Kimiawi
Teknik ini menggunakan pestisida kimia. Teknik
penanggulangan secara kimia tetap digunakan, tetapi sebagai alternatif terakhir
jika semua teknik pengendalian non kimiawi tidak mampu dan pada taraf yang
merugikan.
C.
HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN TEH
·
HAMA
1. Kepik pengisap
daun teh (Helopeltis spp.)
Helopeltis antonii dan Helopeltis
theivora, Famili Miridae, Ordo Hemiptera.
Kepik pengisap daun
atau Helopeltis menyerang pucuk daun muda. Kepik ini menusuk dan
mengisap daun teh sehingga menjadi bercak-bercak hitam. Serangan pada ranting
dapat menyebabkan kanker cabang
Serangga betina meletakkan telu
kira-kira 80 butir. Telur dimasukkan ke urat daun teh atau cabang pucuknya
secara tersembunyi untuk menghindari serangan predator. Telur juga dimasukkan
ke dalam ujung cabang hijau yang baru dipangkas. Nimfa (“mikung”) berwarna
oranye kemerah-merahan. Dewasa (“indung”) berwarna hitam-putih menjadi
hitam-merah untuk antonii atau hitam-hijau untuk theivora.
Helopeltis dewasa mempunyai tiang kecil seperti jarum yang menonjol dari
tengah punggungnya (thorax). Jangka hidup nimfa dari menetas sampai dewasa
adalah 3 sampai dengan 5 minggu, sedangkan serangga dewasanya bisa sampai 2
minggu.
Pengendalian: Melakukan pemetikan dengan daur petik 7 hari,
pemupukan berimbang, sanitasi, mekanis. Helopeltis ini memiliki
banyak musuh alami seperti laba-laba lompat, belalang sembah, capung dan
predator lain sebagai agen pengendalian hayati.
2. Ulat
penggulung daun
Ulat penggulung daun membuat tempat
berlindung pada daun teh; caranya dengan menyambungkan dua (atau lebih) daun
bersama-sama dengan benang sutra, atau dengan menggulung satu daun lalu
menyambungkan pinggirnya. Daun yang terserang tidak dapat dipetik sebagai hasil
panen teh.
Ngengat Homona mengeluarkan
telur yang berbentuk datar. Telur tersebut tersusun dalam kelompok yang
berbaris-baris di atas permukaan daun teh. Larva yang menetas akan mulai
memakan daun teh muda sehingga mengurangi hasil panenan karena daun tersebut yang
dimanfaatkan manusia. Setelah larva tumbuh hingga panjangnya 18-26 mm, dia
menjadi kepompong, kemudian ia keluar sebagai ngengat dewasa. Ngengat aktif
hanya malam hari.
Pengendalian: Secara mekanis, melepas musuh hayati
seperti Macrocentrus homonae, dan Elasmus homonae.
3. Ulat jengkal
(ulat kilan)
Hyposidra talaca, Ectropis
bhurmitra dan Buzura suppressaria, Famili Geometridae, Ordo
Lepidoptera.
Ulat jengkal menyerang daun, pupus daun dan pentil
teh. Serangan berat menyebabkan daun berlobang dan pucuk tanaman gundul,
sehingga tinggal tulang daun saja. Ketiga jenis ulat jengkal tersebut dapat
makan bermacam tanaman lain selain teh. Ulat Hyposidra talaca dapat
memakan tanaman kopi, kakao, kina, Aleurites, jambu klutuk, rami dan
beberapa jenis kacang-kacangan.
Ectropis bhurmitra bisa
memakan pohon kina, gambir, kakao, jerukpisang, kacang tanah, singkong
dan Sambucus. Ulat Buzura suppressaria dapat memakan
mangga, Aleurites, Eucalyptus, Litchi dan jambu biji.
Jenis-jenis tanaman yang merupakan tanaman inang untuk ulat jengkal ini
sebaiknya tidak ditanam di kebun teh, karena keberadaannya akan membantu hama
ini berkembang-biak.
Ngengat betina bertelur (tempatnya
tergantung spesies). Setelah menetas, larva (ulat) memakan daun teh. Setelah
berganti kulit beberapa kali, ulat menjadi kepompong. Akhirnya dewasa (ngengat)
keluar dari kepompong dan kawin.
Pengendalian: Dengan menjaga kebersihan kebun, memusnahkan
ulat/kepompong setiap kali memetik teh, dan menggunakan pestisida nabati.
Pengendalian dengan cara hayati merupakan cara yang amat penting, dan akan
berjalan sendiri jika musuh alami tersedia dan dilestarikan.
4. Ulat
penggulung pucuk
Cydia leucostoma, Famili
Tortricidae, Ordo Lepidoptera
Ulat penggulung pucuk menyerang
bagian tanaman teh yang akan dipanen oleh petani, jadi hama ini memiliki
potensi cukup besar untuk merugikan petani. Ulat tersebut menggulung daun pucuk
dengan memakai benang-benang halus untuk mengikat daun pucuk sehingga tetap
tergulung. Cara dia menggulung daun cukup khas.
Ngengat betina bertelur dengan
meletakkan satu atau dua telur per daun teh, biasanya pada daun yang matang di
bagian atas tanaman teh. Setelah larva (ulat) menetas, dia berjalan ke pucuk
dan masuk ke dalamnya. Setelah masuk, dia mulai makan. Ulat yang baru menetas
hanya bisa hidup lama di dalam pucuk. Biasanya terdapat hanya satu ulat per
pucuk. Ulat secara bertahap membuat semacam sarang dan makan dari dalamnya. Dua
hari sebelum menjadi kepompong, ulat berhenti makan dan mulai melipat daun di
pinggirnya. Dalam lipatan daun, ulat membuat kokon putih. Dewasa (ngengat)
keluar dari kepompong pada siang hari, biasanya antara jam 8:00 dan 15:00.
Ngengat kawin pada pagi atau malam.
Pengendalian: Secara mekanis, hayati dengan melepas musuh
alami Apanteles
5. Ulat api
(Setora nitens, Parasalepida, Thosea)
Ulat
api badan berbulu dengan panjang sekitar 2,5 cm. Ulat ini menyerang bagian daun
yang muda dan tua. Serangan hama dapat menyerang sepanjang tahun dan terberat
pada musim kemarau. Daur hidup ulat api untuk fase telur 7 hari, ulat 6 minggu,
kepompong 3 minggu dan dewasa 3-12 hari. Kerugian tanaman teh karena ulat
memakan daun pucuk sehingga produksi berkurang. Cara mengendalikan ulat dapat
dilakukan secara mekanis dengan mengumpulkan kepom-pong sehingga produksi
berkurang, cara mengendalikan dapat dilakukan secara mekanis yaitu mengumpulkan
kepompong, menggunakan cara hayati dengan parasit Rogas, Wilt dieses yang
disebabkan oleh virus dan penggunaan insektisida sesuai dengan rekomendasi.
Pengendalian: Secara mekanis, hayati dengan melepas parasit
6. Tungau kuning
Polyphagotarsonemus latus, Famili
Tarsonemidae, Ordo Acarina
Tungau kuning adalah tungau kecil
sekali, dengan panjang badan yang biasanya 0,25 mm. Tungau kuning berkaki
delapan.Tungau ini biasanya terlihat pada permukaan bawah dari pucuk muda dan
juga di tunas. Tungau ini muncul pada pucuk muda, khususnya di pohon teh yang
baru dipangkas. Tungau menggali lobang di permukaan tanah dan masuk ke lobang
itu hingga hanya dapat terlihat atas badannya. Serangannya lebih umum terjadi
pada musim hujan. Tungau ini dimangsa oleh musuh alami efektif. Musuh alami itu
juga semacam tungau kuning. Tungau kuning musuh alami itu berkaki lebih panjang
dan larinya lebih cepat daripada tungau kuning hama tersebut.
Betina tungau kuning menghasilkan
25 telur. Telurnya kecil sekali dan tersebar secara terpisah di permukaan daun,
ranting, bunga, dan tempat lain pada tanaman teh. Telur menetas dan larva
keluar berkaki enam. Larva berganti kulit dan menjadi nimfa, yang berkaki
delapan. Setelah berganti kulit beberapa kali menjadi dewasa. Betina dapat
bertelur tanpa kawin.
Pengendalian: Secara mekanis, pengendalian gulma,
pemupukan berimbang, predator Amblyseius
7. Tungau jingga
(Brevipalpus phoenicis)
Hama ini menyerang daun tua pada
bagian bawah daun. Pada awal serangan terjadi becak-becak kecil pada pangkal
daun dimana tungai ini membentuk koloni. Serangan selanjutnya tungau akan
menyerang sampai ke ujung daun sehingga daun berwarna kemerahan dan mengering.
Serangan hama ini dapat terjadi sepanjang tahun terutama musim kemarau.
Kerugian yang ditimbulkan berakibat pada daun tua yang rontok sehingga
tertinggal ranting-ranting tanaman. Dari segi daur hidup hama ini, bentuk
telurnya 14 hari, larva 5 hari, protonin 6 hari, deutonin 7 hari, dan dewasa
mencapai 33 hari. Selain tanaman teh, hama ini dapat hidup di antara gulma
khususnya yang berdaun lebar.
Pengendalian: Secara mekanis, pengendalian gulma, pemupukan
berimbang, predator Amblyseius
Hama
ini sebenarnya hama utama pada tanaman kapas. Akibat pengaruh lingkungan
saat ini menyerang juga tanaman teh. Serangan terdapat pada pucuk dan
daun muda dengan cara mengisap cairan daun. Bertelur pada pagi
dan sore hari, serta menetas sekitar 6 hari. Stadia nimfa lamanya
sekitar 15 hari dengan 4 instar yang hidup di bawah daun. Tanaman inang
hama ini seperti: leguminosa, pupuk hijau, dadap, cabe, dll. Pengendalian
dapat dilakukan dengan insektisida dan sanitasi sarana panen.
·
PENYAKIT
1. Cacar daun
(Exobasidium vexans Massee)
Penyakit cacar daun teh yang disebabkan oleh
jamur E. vexans dapat menurunkan produksi pucuk basah sampai
50 persen karena menyerang daun atau ranting yang masih muda. Umumnya
serangan terjadi pada pucuk peko, daun pertama, kedua dan ketiga. Gejala
awal terlihat bintik-bintik kecil tembus cahaya, kemudian bercak melebar
dengan pusat tidak berwarna dibatasi oleh cincin berwarna
hijau, lebih hijau dari sekelilingnya dan menonjol ke bawah. Pusat bercak
menjadi coklat tua akhirnya mati sehingga terjadi lobang.
Penyakit tersebar melalui spora yang
terbawa angin, serangga atau manusia. Perkembangan penyakitdipengaruhi
oleh kelembaban udara yang tinggi, angin, ketinggian lokasi kebun dan
sifat tanaman.Banyaknya bulu daun pada peko dapat mempertinggi ketahanan
terhadap penyakit cacar.
Pengendalian
penyakit dilakukan dengan pengaturan naungan agar sinar
matahari dapat masuk ke kebun. Pemangkasan teh di musim kemarau agar
tanaman yang baru dipangkas dapat berkembang karena pada saat ini cacar
teh sulit berkembang. Pengaturan daur petik kurang dari 9 hari dapat
mengurangi sumber penularan baru karena pucuk terserang sudah terpetik.
Untuk pencegahan, sebaiknya ditanam klon teh yang tahan terhadap penyakit
cacar daun.
2. Penyakit akar
Penyakit akar yang penting pada tanaman teh yaitu:
(1)
Penyakit akar
merah anggur (Ganodermapseudoferreum);
(2)
Penyakit akar
merah bata (Proria hypolateritia);
(3)
Penyakit akar
hitam (Rosellinia arcuata dan R. bunodes);
(4)
Penyakit leher
akar (Ustulina maxima);
(5)
Penyakit kanker
belah (Armellaria fuscipes).
Kelima penyakit ini menular melalui
kontak akar sakit dengan akar sehat atau melalui benang jamur
yang menjalar bebas dalam tanah atau pada sampah-sampah di atas permukaan
tanah (jamur kanker belah). Gejala pada tanaman terserang adalah daun
menguning, layu, gugur dan akhirnya tanaman mati. Untuk
mengetahui penyebabnya, harus melalui pemeriksaan akar.
Batang tanaman teh terbelah dari bagian bawah ke atas, kayu menjadi
busuk kering dan lunak sehingga mudah hancur (penyakit kanker belah).
Unsur yang mempengaruhi penyebaran penyakit adalah ketinggian
tempat,jenis/kondisi tanah dan jenis pohon pelindung.
Pengendalian dilakukan dengan
penanaman pohon pelindung yang tahan, membongkar tanaman teh
yang terserang, menjaga kebersihan kebun dan
pemberian Trichoderma sp. 200 gram per pohon pada lobang
bekas tanaman yang dibongkar dan tanaman disekitarnya pada awal musim
hujan, di ulang setiap 6 bulan sekali sampai tidak ditemukan gejala
penyakit akar di daerah tersebut. Tanaman teh disekitarnya diberi pupuk
kandang atau pupuk organik.
3. Penyakit busuk
daun (Cylindrocladium scoparium dan Glomerella cingulata)
Penyakit busuk daun disebabkan
oleh C. Scoparium dan G. cingulata yang menyerang tanaman
teh dipesemaian, dapat mengakibatkan matinya setek teh. Bibit terserang,
timbul bercak-bercak coklat pada daun induknya, dimulai dari bagian ujung
atau dari ketiak daun.
Pada serangan
lanjut, daun induk terlepas dari tangkai, akhirnya setek mengering
/mati. Serangan lain dimulai dari ujung tunas,kemudian meluas ke
bawah akhirnya seluruh tunas mengering. Penyebaran penyakit melalui
konidia yang dapat bertahan lama di dalam tanah.
Pencegahan penyakit dilakukan
dengan mengatur kelembaban di pesemaian dan membuat parit penyalur
air untuk mencegah penggenangan (drainase). Apabila ditemukan gejala,
langsung dilakukan penyemprotan fungisida kontak yang telah
direkomendasikan.
4. Penyakit mati
ujung (Die back)
Penyakit mati ujung disebabkan oleh
jamur Pestalotia theae yang menyerang tanaman terutama melalui
luka atau bagian daun yang rusak. Gejala pada daun dimulai bercak kecil
berwarna coklat, kemudian melebar. Pusat bercak keabu-abuan dengan tepinya
berwarna coklat. Dapat menyerang ranting yang masih hijau, dengan gejala
sama seperti di daun. Serangan jamur dapat menjalar sampai ke tunas
sehingga ranting dan tunas mengering. Pemetik teh mempunyai peranan dalam
menyebarkan jamur. Penyakit ini akan timbul pada tanaman yang
lemah karena kekurangan unsur hara (N dan K), pemetikan yang berat,
kekeringan, angin kencang dan sinar matahari yangkuat.
Pengendalian dilakukan dengan
pemeliharaan kondisi tanaman yang baik yaitu pemupukan
berimbang, membuang bagian tanaman yang terinfeksi dan
pengaturan naungan sehingga bidang petiknya tidak terkena
sinar matahari langsung.
5. Penyakit
Kurang Penting
Penyakit lain yang tergolong kurang penting pada
tanaman teh diantaranya:
a.
Jamur akar
coklat (Fomas noxius);
b.
Jamur leher akar
(Ustulina maxima);
c.
Jamur busuk akar
(Sphaerostilbe repens);
d.
Jamur akar hitam
(Xylaria thwaitensii)
Fungisida yang dianjurkan untuk
memberantas penyakit penting pada tanaman teh bahan aktifnya terdiri atas:
tembaga oksiklorida 50%, tembaga hidroksida 77%, bitertanol 30%,
triadimefon 25%, tridemorf 75%, propiconasol 25%, klorotalonial 75%,
tembaga amonium karbonat 8%, methylbromida, natrium metan, tembaga
50%, benomyl, benomyl+tiram dan mankozeb 80%.
·
MUSUH ALAMI PADA TANAMAN TEH
1.
Laba-Laba
Laba-laba tidak termasuk golongan serangga. Semua
serangga mempunyai 6 kaki, tetapi laba-laba berkaki 8. Semua laba-laba adalah
sahabat petani karena memakan hama. Bila terdapat banyak laba-laba di kebun
petani, hama lebih mudah terkendali. Laba-laba tidak mengalami metamorfosa.
Setelah telur menetas, keluarlah laba-laba kecil, dan berganti kulit beberapa
kali. Laba-laba kecil bentuknya sama dengan laba-laba dewasa.
2.
Tungau
Sebagian jenis tungau adalah predator. Tungau
tersebut mampu mengendalikan beberapa jenis hama dalam agroekosistem teh dan
tanaman lain. Tungau predator memangsa tungau lain, trips, dan kutu putih. Dia
menyerang mangsanya, menusuk badannya, lalu mengisap bagian dalamnya. Satu
tungau dapat memakan 1 sampai 5 nimfa trips per hari.
3.
Semut
Ada beribu-ribu macam semut di dunia ini. Semut
memiliki pengaruh atas lingkungannya dengan banyak cara. Sebagian bermanfaat
untuk manusia dan sebagian tidak. Semut di Indonesia pada umumnya tidak merusak
tanaman budidaya. Di kebun teh, semut merupakan musuh alami karena menyerang
ulat dan beberapa macam hama lain, contohnya Helopeltis.
4.
Tawon
Tawon ini sudah dikenal umum. Ada bermacam-macam
dengan panjang sekitar 1 cm sampai 4 cm. Tawon ini membuat sarang dari kertas
atau tanah untuk memelihara anaknya. Sengatannya menyakitkan. Tawon ini efektif
untuk memburu banyak jenis ulat termasuk ulat jengkal. Ia mampu menangkap ulat
besar. Macam-macam serangga lain juga dimakan oleh tawon ini. Selain serangga,
dia juga makan sari madu dari bunga.
5.
Belalang
Belalang sembah memakan banyak jenis serangga, termasuk hama-hama teh
seperti Helopeltis. Belalang sembah biasanya menunggu sampai mangsa cukup
dekat, dan dia menangkap mangsa dengan gerakan cepat menggunakan kedua kaki
depannya yang dilengkapi duri kecil untuk menusuk mangsanya.
6.
Jangkrik
Pada umumnya, jangkrik dan belalang antena panjang
predator suka memakan telur atau serangga lain seperti ulat atau kutu. Memang
tidak semua jangkrik dan belalang antena panjang adalah predator. Kebanyakan
jenis belalang antena panjang memakan tanaman. Dalam golongan jangkrik ada
banyak yang bertindak sebagai pengurai.
7.
Lalat
Lalat ini dianggap sebagai predator yang memangsa
serangga kecil. Kakinya panjang sekali dan warnanya hijau kilat yang cemerlang.
Ia dapat berlari dengan cepat. Lalat ini dapat ditemukan di kebun teh dan
senang sekali hinggap di atas daun di bawah cahaya matahari. Lalat ini adalah
makhluk siang hari. Larva lalat menari adalah pemangsa kutu daun dan serangga
kecil lain yang efektif.
Comments
Post a Comment